PANGKALPINANG – Walaupun zaman terus berkembang, perpustakaan senantiasa memegang peranan penting sebagai sumber ilmu pengetahuan. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian integral dari  kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (tri dharma perguruan tinggi) serta berfungsi sebagai pusat sumber pembelajaran seluruh civitas akademika di perguruan tinggi.

Dunia saat ini menghadapi Revolusi Industri 4.0 dengan digitalisasi, ‘artificial intellegence’, ‘internet of things’ serta ‘big data’ memainkan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Perpustakaan di perguruan tinggi pun mau tak mau harus beradaptasi serta berevolusi sehingga tidak terlindas perubahan zaman.

Saat ini perpustakaan tidak bisa lagi dikelola secara konvensional. Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengatakan bahwa perpustakaan harus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat. “ Perpustakaan ke depannya tidak hanya menjadi tempat berkumpul untuk membaca buku ataupun mencari informasi, namun perpustakaan dapat menjadi working space tempat munculnya inovasi-inovasi baru. Perpustakaan juga dapat menjadi suatu virtual office,” ujar Sesjen Ainun dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Kemenristekdikti dengan Perpustakaan Nasional tentang Kerjasama Perpustakaan yang berlangsung di Hotel Santika, Bangka Belitung (Kamis, 22/03/2018).

Sesjen Ainun mengapresiasi perkembangan perpustakaan di perguruan tinggi dan Perpustakaan Nasional yang telah mulai mengikuti perkembangan teknologi. “ Perpustaakan kita sudah mulai membuat sistem informasi canggih untuk manajemen dan pencarian koleksi perpustakaan. Perpustakaan Nasional juga telah mengembangkan Digital Library,”’ tutur Ainun.

Pada kesempatan ini Sesjen Ainun juga mengatakan bahwa Kemenristekdikti mendukung upaya integrasi dan sinergi koleksi perpustakaan antar jaringan perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan daerah dan Perpustakaan Nasional. Dengan adanya sinergi dan integrasi ini akan menghasilkan efisiensi dalam anggaran pengadaan koleksi perpustakaan. Selain itu, koleksi perpustakaan juga dapat diakses lebih luas.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarief Bando pada kesempatan ini mengatakan bahwa integrasi dan sinergi antara Perpustakaan Nasional dengan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia  sangat penting dalam proses transfer ilmu demi kemajuan bangsa. Dengan integrasi dan sinergi, kompilasi jutaan koleksi Perustakaan Nasional dan perpustakaan perguruan tinggi dapat dinikmati dan di akses lebih luas lagi para pencari ilmu.

“ Koleksi Perpusnas open access dengan cara menjadi anggota perpusnas secara online. Setiap koleksi Perpusnas dapat diakses dan diunduh setelah menjadi anggota Perpusnas,” jelas Syarief Bando.

Narasumber Seminar Perpustakaan Eko Indrajit mengatakan perpustakaan di era digital harus mampu bertransformasi jika ingin relevan dengan zaman. Perpustakaan tidak hanya menjadi tempat koleksi buku dan sumber referensi, namun sebagai sumber ilmu pengetahuan. Saat ini perpustakaan berangsur menjadi tempat berinteraksi dengan komunitas sosial serta working space tempat tumbuhnya inovasi baru. Eko juga menggambarkan bagaimana transformasi perpustakaan di era digital, mulai dari ‘mobile library’, ‘library on the wall’, ‘hybrid library’ hingga perpustakaan dalam game.

Acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Kemenristekdikti dengan Perpustakaan Nasional dilselenggarakan bersamaan dengan acara Rapat Kerja dan Seminar Nasional Forum Komunikasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri Tahun 2018 yang di hadiri peserta dari 110 perguruan tinggi dengan Narasumber berbagai pakar dan praktisi perpustakaan. Turut hadir dalam acara ini Rektor Universitas Bangka Belitung Muhammad Yunus, Kepala Biro Kerjasama dan Komunikasi Pubik Nada Marsudi dan tamu undangan lainnya.

Nota Kesepahaman yang ditandatangi dalam acara tersebut meliputi beberapa ruang lingkup diantaranya : (1) Pengembangan sumber daya manusia bidang perpustakaan; (2) Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), repository digital, dan Indonesia One Search (IOS) ; (3) Perluasan jejaring perpustakaan lingkup nasional dan internasional; (4) Pengembangan pangkalan data Katalog Induk Nasional (KIN) ; (5) Penghimpunan dan pelestarian Karya Cetak dan Karya rekam (KCKR) ; (6) Pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan termasuk e-journal ; dan (7) Pengembangan perpustakaan perguruan tinggi berbasis standar nasional perpustakaan yang meliputi pendataan dan akreditasi perpustakaan perguruan tinggi.