SISI LAIN SOSOK JAMRAN
December 28, 2015 4:31 amALUMNI YANG BERHASIL DI BIDANG USAHA PATUNG DAN KERAJINAN
Upaya mengangkat kebudayaan lokal menjadi global
Alumni Seni Rupa STKW ini merupakan salah satu sosok yang berhasil di dunia bisnis, khususnya yang terkait di bidangnya yaitu Seni Rupa. Jamran, sosok satu ini memulai kiprahnya ketika memasuki bangku perkuliahan di jurusan Seni Rupa STKW di tahun 1988. Dengan berlikunya dalam proses perkuliahan yang sampai dia tempuh kurang lebih 20 tahun, Jamran memulai kariernya ketika semasa kuliah, dengan berbekal hasil materi kuliah dia berhasil memulai sepak terjangnya dalam dunia patung, khususnya dalam proses pembuatan patung monumental dan kerajinan-kerajinan yang dia buat.
Karya –karya monumental Jamran sudah ada di mana-mana, mulai dari ikut orang sampai dapat order sendiri sudah didapati oleh Jamran seperti monumen Tanjung Perak setinggi 17 meter terletak di depan pintu masuk Tol Tanjung Perak di Surabaya, monumen pahlawan di taman-taman perumahan Pondok Candra – Waru – Sidoarjo, patung karapan sapi di pelabuhan Kamal Madura, Patung Keluarga Berencana di Perbatasan Surabaya-Gresik, Monumen Putri Songgolangit di Kediri juga di Ponorogo, belasan patung singa yang berjejer di alun-alun, perempatan jalan dan di halaman kantor bupati di Ponorogo, serta yang terakhir, Jamran membuat monumental patung singa di Taman Trunojoyo Malang
Dengan proses itulah secara tidak langsung bisa menampakkan diri menjadi seorang pematung di Jawa Timur. Kiprah Jamran selain sebagai seorang desainer dan pematung, dia juga mempunyai usaha kerajinan, khususnya kerajinan patung. banyak souvenir-souevenir yang dia buat lebih banyak bernuansa budaya tradisional walaupun juga tidak menutup kemungkinan souvenir-souvenir yang sedikit modern. Miniatur reog ponorogo, kapal selam, patung Bung Karno, karapan sapi dan sebagainya. Sempat juga membuat patung Iron Man dengan ukuran yang besar.
Hal itu juga membuat Jamran selalu meningkatkan produktivitasnya untuk selalu berkarya. Disisi lain sang istri Ida Sulistyawati juga mendukung karier suaminya, Ida yang seorang guru kesenian di kota Kediri sepenuhnya mendukung profesi yang dikembangkan oleh sang suami.
Dalam karier organisasi Jamran menjadi Ketua Dewan Kesenian Kota Kediri, juga ketua Asosiasi Handycraft Jawa Timur.
Dengan mengalirnya waktu Jamran terus menapakkan diri dengan membuat studio “LUKU BINTANG” sebagai usaha kerajinan patung dan souvenir, produk kerajinan yang dihasilkan semacam cinderamata, plakat, piala dengan bahan fiberglass, logam serta patung dan monument. (taufiq)
Categorised in: ACARA SENI MURNI
Comments are closed here.