Ronce-nan Jineman: Ketika Setiap Notasi Merangkai Kisah dan Semangat

Di balik gemerlap panggung , ada sebuah karya yang lahir dari ketulusan dan semangat tak kenal lelah, atau yang sering kami sebut “Gigih”. Gigih Permadi, seorang mahasiswa di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya, tidak hanya menciptakan musik, ia merangkai sebuah perjalanan. Perjalanan yang ia tuangkan dalam karya Tugas Akhirnya, “Ronce-nan Jineman”.

Ronce memiliki makna merangkai atau menganyam. Dalam karyanya, Gigih tidak sekadar memadukan notasi, ia merangkai kembali benang-benang tradisi yang berakar pada Gending Jineman. Ia memberikan napas baru pada ricikan gamelan seperti gender barung, gambang, slenthem, hingga gong, menjadikannya sebuah harmoni yang menawan dan penuh makna.

Semangat untuk tidak hanya melestarikan, tetapi juga menghidupkan kembali warisan budaya dengan sentuhan inovatif. “Ronce-nan Jineman” adalah bukti nyata bagaimana seorang seniman muda dapat menjadi jembatan antara masa lalu yang agung dan masa depan yang penuh harapan.

Setiap nada yang dimainkan adalah representasi dari perjuangan dan dedikasi, bukan hanya dari Gigih, tapi juga dari seluruh tim yang terlibat. Mereka menunjukkan bahwa seni bukan hanya tentang bakat, tetapi juga tentang kolaborasi, semangat, dan identitas.

Melalui “Ronce-nan Jineman”, kita diingatkan bahwa kekayaan budaya kita adalah sebuah permata yang harus terus diasah dan dirangkai ulang oleh generasi penerus. Di panggung karya ini bersinar, membuktikan bahwa kreativitas yang berakar kuat pada tradisi akan selalu mampu menyentuh hati dan menginspirasi banyak orang.