MITHULUNG: Saat Jiwa Penolong Dipermainkan Takdir

Di dalam setiap langkah tari, ada kisah tentang keberanian dan pengkhianatan. Malam itu, tarian bukan hanya sekadar gerakan, melainkan sebuah pertunjukan drama kehidupan yang tragis dan menyentuh. Kisah itu bernama “MITHULUNG”, sebuah mahakarya dari seorang mahasiswa, Moh. Jaenal Arifin.

Jaenal tidak hanya menari, ia menghidupkan kembali sebuah dilema. Dilema seorang pendekar sakti yang memiliki kebiasaan mulia: suka menolong sesama. Namun, niat suci itu justru menjadi bumerang. Kebiasaan baiknya dipermainkan dan disalahgunakan oleh orang-orang tak bertanggung jawab, hingga akhirnya ia terperangkap dan menjadi kambing hitam—mengorbankan perjalanan hidupnya sendiri.

Melalui gerak tari yang gagah namun penuh emosi, Jaenal merepresentasikan konflik batin yang dalam ini. Ia menunjukkan kepada kita bahwa kebaikan pun bisa menjadi pedang bermata dua jika tidak diiringi dengan kewaspadaan. “MITHULUNG” bukan sekadar pertunjukan tari; ini adalah sebuah cermin, yang mengajak kita merenungkan tentang nilai-nilai heroik, keteguhan hati, dan juga konsekuensi dari tindakan kita.

 

Karya ini adalah bukti nyata komitmen kami di STKW Surabaya. Kami adalah wadah bagi para seniman untuk tidak hanya menguasai teknik, tetapi juga untuk meresapi cerita-cerita yang mendalam dan mengangkatnya menjadi karya yang relevan. Kami mengajarkan bahwa seni adalah cara terkuat untuk berbicara, untuk menunjukkan realitas, dan untuk memberikan pesan moral yang kuat kepada penonton.